Fisioterapis dari RSUD Labuang Baji, Jadi Penopang Fisik Atlet Korpri Sulsel di Pornas Palembang
PALEMBANG — Di balik gemuruh sorak penonton dan semangat juang para atlet Korpri Sulawesi Selatan di ajang Pornas Korpri XVII Palembang 2025, ada sosok yang bekerja dalam diam namun memiliki peran krusial, Tim Fisioterapis.
Ia menjadi garda terdepan dalam menjaga kebugaran dan kesiapan fisik para atlet dari cabang basket, gateball, hingga tenis meja.
“Kalau ada atlet yang mengalami cedera, kami langsung memberikan pelayanan fisioterapi, terutama untuk masalah otot dan ligamen,” ujar Sahruni salah seorang dari tim fisioterapis dari Layanan Fisioterapis RSUD Labuang Baji di sela-sela pertandingan.
Menurut Sahruni, berbagai kasus cedera kerap muncul selama pertandingan berlangsung. “Yang paling sering itu spasme otot atau kram otot seperti otot gastrocnemius (otot betis), quadriceps (otot paha bagian depan) dan hamstring (otot paha bagian belakang),” ungkapnya.
Tak hanya itu, cedera sprain ankle (terkilir pada pergelangan kaki) knee pain (nyeri lutut), low back pain (nyeri pinggang bawah) dan post-trauma seperti benturan pada otot intercostalis di dada juga terjadi pada atlet Sulsel. Dalam situasi seperti ini, refleks cepat dan ketenangan menjadi kunci. “Kami harus sigap,” sebutnya.
Koordinasi dengan tim medis pertandingan juga dilakukan terutama yang membutuhkan penanganan lanjutan ke fasilitas kesehatan.
“Beberapa atlet dilakukan penanganan di rumah sakit karena cedera, termasuk atlet kita,” tambahnya.
Bagi Sahruni, peran fisioterapis bukan hanya soal mengobati cedera yang terjadi di lapangan. Lebih jauh, ia memastikan setiap atlet dalam kondisi optimal, bahkan setelah pertandingan selesai.
“Bukan cuma saat bertanding, setelahnya pun kadang muncul keluhan baru. Kami harus tetap siap menangani,” katanya. Untuk menunjang tugas itu, Sahruni membawa berbagai alat fisioterapi seperti infra red, kinesio taping (pita elastis), untuk membantu mendukung otot dan sendi bagi atlet yang rentan cedera.
Sahruni menegaskan pentingnya keberadaan tenaga fisioterapis dalam setiap event olahraga. Menurutnya, kehadiran tim medis khusus bukan sekadar formalitas, melainkan kebutuhan nyata. “Idealnya setiap kontingen punya fisioterapis. Karena kondisi cedera bisa terjadi kapan saja, baik di lapangan maupun setelah pertandingan,” tutur Kepala Ruangan Fisioterapi di RSUD. Labuang Baji ini.
Salah seorang pemain yang sempat menjalani perawatan yang mengalami masalah di bagian dada dan kaki merasa sangat terbantu.
“Sangat membantu dan perhatian sekali bagi kami pemain atas kehadiran fisioterapi dari Pemprov Sulsel dan menjaga kami sampai masih bisa menjalankan pertandingan,” ucap Muh. Ali Adnan Syainuddin.
Kerja senyap seperti yang dilakukan tim fisioterapis ini sering luput dari sorotan publik, namun tanpa peran seperti dirinya, performa atlet bisa terganggu bahkan terhenti. Di balik medali dan kemenangan yang diraih, selalu ada tangan-tangan profesional yang memastikan para atlet tetap berdiri tegak.